Artikel Motivasi dalam Islam

Artikel Motivasi dalam Islam - Terlebih dahuluakan dijelaskan arti motivasi. Dalam kamus John Echol dan Hasan Sadily, ditemukan bahwa kata motivasi diambil dari kata motion (gerakan). Di bawahnya ada kata motivate (mendorong, menggerakkan, menyebabkan). Kemudian ada kata motivation (alasan, daya batin, dan dorongan). Lalu motive (alasan, sebab, dan daya yang menggerakkan). (Echol dan Sadily, 1992). Selanjutnya, kita maknai kata ini dengan dorongan yang timbul dari dalam sebagai daya batin yang menyebabkan kita bergerak melakukan sesuatu (bekerja).

Banyak hal yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu, misalnya karena cinta, karena lapar, karena menginginkan sesuatu. Karena cinta misalnya, seseorang bisa saja melakukan hal yang paling mustahil ia lakukan. Yang diharapkannya adalah tercapainya tujuan atau keinginannya.

Sebagai umat Islam yang beriman, motivasi kita dalam bekerja, mestinya dikembalikan kepada Allah SWT. Apa yang kita kerjakan, semata-mata mengharapkan ridha dan berkah dari Allah. Dengan demikian, kerja kita akan mendapatkan nilai lebih di sisi Allah, yaitu ibadah dan berkah. Yang paling baik, adalah melakukan sesuatu atas dorongan ibadah dan berkah Allah. Jika sampai motivasi kita salah, maka hanya itu yang akan kita dapatkan. Sebagai contoh: Kalau kerja kita hanya untuk memenuhi syahwat perut, maka kenyang yang kita dapatkan, selebihnya tidak, demikian seterusnya.

Sebelum itu, mari kita pahami tentang makna kerja yang berkah. Kerja adalah aktivitas yang menghasilkan sesuatu, yang bernilai positif, baik berupa uang maupun barang, atau merubah sesuatu dari mentah menjadi matang, dari kotor menjadi bersih dan sebagainya, sehingga pengertian bekerja itu adalah luas, selama perbuatan itu menghasilkan nilai positif dalam rangka meningkatkan kualitas ataupun kuantitas hidup, baik secara materiil maupun immateriil. Dalam pengertian semacam ini, seorang ibu rumah tangga misalnya sekalipun secara materiil dia tidak menghasilkan uang, namun dia tetap bekerja karea manghasilkan sesuatu dari semula berantakan menjadi rapi, dari yang semula kotor menjadi bersih dan sebagainya.

Sementara kerja berkah adalah bekerja untuk ibadah dalam rangka mencapai ridha Allah SWT. Kerja semacam ini merupakan perwujudan dari pelaksanaan fungsi kekhalifahan manusia, yakni memakmurkan, membangun, memimpin, melestarikan alam semesta, dan lain sebagainya. Manusia dituntut mempunyai motivasi bekerja keras di dunia, atau yang biasa disebut etos kerja tinggi.

Etos artinya adalah kepribadian yang bermuatan moral dan menjadikannya sebagai cara mengisi dan menggapai makna hidup yang diridhai-Nya, menggapai kebahagiaan dunia-akhirat.

"...dan di antara mereka ada orang yang berdo'a: 'Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka'." (QS. Al-Baqarah [2]: 201)

Sedang arti etos kerja ialah sesuatu yang berkaitan dan bersenyawadengan semangat, kejujuran, dan kepiawaian dalam bidang-bidang (profesional). Hal ini diperintah oleh Allah SWT.

"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan banyak ingatlah kamu kepada Allah supaya kamu berbahagia." (QS. Al-Jumu'ah [62: 10)

"Katakanlah, 'Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat pula. Kelak kamu akan mengetahui, siapakah di antara kamu yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapat keberuntungan." (QS. Al-An'am [6]: 135)

Dan hadits Nabi:
"Sungguh, seseorang di antara kalian yang mencari seikat kayu, lalu dipanggul di atas punggungnya, itu lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, diberi ataupun ditolak." (HR. Al-Bukhari)

Sedang etos kerja seorang Muslim ialah terletak pada sikap jujur dan komitmen terhadap akidahnya, disiplin waktu dan disiplin kerja, bermoral bersih dan ikhlas, percaya diri, istiqamah dan tangguh pendirian, berani menghadapi tantangan, berorientasi ke depan dan bertanggung jawab, kreatif dan berjiwa wiraswasta, mandiri dan berjiwa kepemimpinan, hemat dan efisien, mau belajar dan mencari ilmu, menjalin silaturrahim, semangat melakukan perubahan.

Apabila kita bisa melaksanakan etos kerja tersebut, insya Allah apa yang kita lakukan dan apa yang kita peroleh akan menjadi sesuatu yang berkah. Syarat keberkahan ialah bekerja dilandasi niat ibadah untuk memperoleh ridha-Nya, jujur, karena merasa diawasi oleh Allah SWT, ikhlas dalam bekerja (QS. Al-An'am [6]: 153), qana'ah, cinta, ridha dan tawakkal, melakukan amal prestatif (shalih) (QS. Al-Kahfi [18]: 110), mensyukuri nikmat-Nya, mencari yang halal dan thayyib (bagus), shalat dan berdo'a, istiqamah (komitmen) pada jalan yang lurus.

"...jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan lain, karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikan itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa." (QS. Al-An'am [6]: 153)

"...barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (QS. Al-Kahfi [18]: 110)